Ponorogo- Kata News
Bakul ethek demikian sebutan bagi
para pedagang sayur keliling. “Kenapa disebut bakul ethek?” kebanyakan bila
ditanyakan hal ini, tentu mereka menjawab tidak tahu. Yang pasti sebutan ini
telah digunakan sebagai bahasa sebutan bagi para pedagang sayur.
![]() |
Para Bakul Ethek Di Pasar Subuh Songgolangit |
Para pedagang ethek ini banyak
yang masih muda, tapi ada juga yang sudah berusia tua dan tidak sedikit para
ibu-ibu yang memilih pekerjaan ini. Tentu alasannya adalah karena profesi bakul
ethek penghasilannya sangat lumayan.
Dengan maraknya bakul ethek ini tentunya bias memberikan kemudahan bagi para ibu rumah tangga yang merasa di untungkan. Kalau biasanya mereka pergi kepasar untuk membeli sayuran guna menyiapkan makan keluarga dengan adanya bakul ethek mereka tidak usah harus kepasar. Cukup menanti datangnya bakul ethek di rumah sayur telah dating sendiri.
Bakul Ethek menghias Pasar
Songgo Langit
Bila kita mengamati bakul ethek
jangan hanya dengan penghasilannya saja yang lumayan. Tapi kita juga melihat
bagaimana jerih payahnya para bakul ethek ini.
Bias kita lihat pemandangan Pasar
Subuh (Pasar Stasiun dan Pasar Songgo Langit) banyak sepeda motor berjajar
digan membonceng rombong sayur disana. Mereka dari jam 01.00 WIB telah banyak mengantri
untuk membeli dagangan untuk dijual secara keliling.
![]() |
Suasana Subuh Pasar Songgo Langit |
Suwito, salah satu pedagang sayur
ethek yang berasal dari Sooko mengatakan bahwa dirinya jam 11.00 WIB harus
bangun dan mandi. Setelah itu ia berangkat menuju Pasar Songgo Langit. Kalau
tidak demikian Suwito ketakutan tidak mendapat dagangan sayur yang baik. Selain
itu para langganan Suwito kebanyakan adalah orang desa yang memulai aktifitas
dapur pagi sekali. Dirinya takut kalau kehilangan pelanggan. Maka Suwito
merelakan dirinya tengah malam menerobos hutan jati untuk mencari dagangan.
Menurut Suwito hal itu memang
berat untuk dilakukan pada kali pertama ia memulai aktifitas sebagai pedagang
sayur ethek ini. Namun lama-kelamaan hal itu ia lakukan, bagi Suwito telah
menjadi terasa ringan. “Barangkali telah menjadi kebiasaan saya,” demikian
tuturnya.
Menurut Sutaji, salah satu sopir
truk yang mengangkut sayur di Pasar songgo Langit, bakul ethek ini ternyata
tidak hanya ramai di Pasar subuh Songgo Langit. Tapi juga banyak di Pasar
Balong dan Pasar Sumoroto.
Bakul ethek dan Penghasilannya
Cukup lumayan, demikian
keterangan Kusnadi salah satu bakul ethek yang keliling di daerah Kecamata Sambit.
Setidaknya dari profesi ini Kusnadi mampu meraup penghasilan 30 ribu rupiah
bahkan kadang mampu mencapai empat puluh ribu rupiah.
“Paling besar 60 ribu rupiah
bersih,” tegasnya.
Waktu yang Kusnadi perlukan dalam
menjalani profesi untuk menjajakan sayuran secara keliling cukup sampai jam 2
siang paling lama.
Dengan menjalani profesi sebagai
bakul ethek ini Kusnadi yang akrab dipanggil Sikus, bias menghidupi rumah
tangganya bahkan juga menyekolahkan anaknya yang duduk dibangku Taman
Kanak-Kanak nol besar. Dari penghasilan 3 tahun sebagai bakul ethek Kusnadi,
juga telah mampu membuka kios kecil di rumahnya.
Menurut pengakuan Kusnadi Kios
dirumahnya juga dijaga oleh isterinya, sambil momong anaknya. Selain
menyediakan sayuran dan lauk pauk di kios itu Kusnadi juga menyediakan berbagai
macam kebutuhan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Alasan Kusnadi membuka kios kecil
dirumah selain memberi kesibukan istri dan tambahan penghasilan, sayur dan lauk
yang tidak habis saat di jajakan secara keliling bias ia jual dikiosnya. Tentunya
untuk sayuran bila telah layu, ia bias jual separuh harga. Tapi untuk kacang
tholo, ikan asin dan jenis lauk pauk lain masih bias ia jual di kios tersebut.
“Yang paling ia senangi lagi,
belanja untuk kiosnya bias sekalian belanja untuk kiosnya. Sehingga cukup
sekali jalan”, tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar