letakkan Script Iklan anda disini

Minggu, 19 Februari 2012

Memprihatin Budaya Sex remaja ponorogo

Perkembangan pada era globalisasi diimbangi dengan  pesatnya arus teknologi informasi yang masuk seperti lewat internet tentunya membawa dampak tersendiri bagi perkembangan jiwa para remaja yang masih mencari jati diri yang condong terjebak pada perilaku buruk misalnya sex bebas yang dengan mudah diakses lewat internet bahkan anak seusia sd saja bisa membuka situs porno, selain  di dukung dengan menjamurnya warung remang-remang atau kafe terselubung ikut mendorong budaya negatif tersebut.

Dari hasil penulusuran saat mendengar adanya renovasi sebuah kafé kami menemui salah seorang pekerja yang memperbaiki sebuah kafe yang berada disebuah pinggiran kota ponorogo disela-sela waktu istirahat. Dari hasil bincang bincang ini tentunya membuat hati orang tua yang mermpunyai anak remaja terasa miris dan was-was akan kondisi anaknya.

Waduh mas waktu saya membongkar dinding kafe yang terbuat dari bambu banyak sekali kondom_kondom bekas dipakai, kalau dihitung jumlahnya bias mencapai ratusan”, kata bayu seorang pekerja yang memperbaiki sebuah café. Padahal pengunjung café ini bias dikatakan 90 persen adalan pelajar”, imbuhnya lagi.

Dari hasil bincang-bincang di sebuah angkringan lesehan dijalan suromenggolo dengan beberapa pelajar yang nagkring sedang ngopi dengan santai beberapa pelajar ini mangaku pernah melakukan hubungan seksual dikafe yang tempatnya remang-remang serta mendukung untuk melakukan aksinya, hal ini juga didasari hasil survei secara acak yang telah kami lakukan selama 1 minggu dengan mendekati pelajar. Dari hasil terdapat jumlah yang sangat fantasti bahwa mencapai kisaran 80 persen,pelajar melakukan hubungan pranikah atau seks bebas.

Wah-wah hal ini sungguh sangat mengkawatirkan saya saja mas”, ujar bapak Mahmud yang beralamatkan didesa jingglong mempunyai putra remaja usia 16 tahun. Kalau begitu saya akan lebih ketat lagi dalam mengawasi anak saya agar tidak terjebak pada kegiatan yang tidak baik dan bisa mencemarkan nama orang tua”, menurutnya sambil mengerutkan dahi.

Dengan keadaan yang ada tentunya harus ada upaya bersama dari pihak-pihak terkait mulai dari orang tua, guru, pemerintah, pemuka agama, serta lembaga swadaya masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, remaja kita akan semakin hancur,” kata Nur Aisiyah salah satu guru di Pondok pesantren Darul Huda Mayak Tonatan.

Hal senada disampaikan Ketua PKK Ponorogo, Sulastri Amin. Dalam sebuah kesempatan pertemuan dengan puluhan ibu-ibu PKK se-Kota Reog, istri orang nomor satu di Kabupaten Ponorogo ini menyatakan prihatin dengan banyaknya remaja setempat yang sudah mengenal seks bebas. “Banyaknya remaja yang melakukan seks bebas ini merupakan tanggung jawab kita bersama,” ujarnya dengan nada prihatin.

Usaha untuk menanggulangi agar sex bebas tidak berkembang dan mewabah tentu harus ada program bagi remaja dalam kegiatan-kegiatan positif selain pengawasan ketat dari orang tua dan diimbangi dengan lingkuangan yang lebih sehat buat perkembangan kejiwaan remaja agar tidak terperosok untuk bertindak atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar